Kompas OTOMOTIF melaporkan, ketika pasar mobil di Indonesia lagi tren dengan kendaraan pick up double cabin sekitar dua tahun lalu, Toyota bukannya tidak tertarik.PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai agen pemegang merek Toyota ikut bermain dengan menyodorkan Hi Lux, pick up single cabin sebagai produk sampingan yang hanya untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan pertambangan.
"Kita bukannya tidak tertarik, hanya Toyota double cabin menggunakan teknologi common-rail," jelas Johnny Darmawan, Presiden Direktur PT TAM. Kala itu, pihaknya berantem terus dengan Toyota Jepang.
Pasalnya, kendaraan double cabin Toyota menggunakan Pertadex. Bahan bakar jenis solar yang memiliki kadar sulfurnya rendah dan nilai cetan tinggi. Kendalanya, tidak banyak pompa bensin menjual Pertadex. Malah, dari enam station yang ada di Jakarta dan Bandung, konon katanya tersisa satu, itu pun di Bandung. Harga per-liternya lebih mahan dari Pertamax plus.
Kalau pun toyota double cabin jadi masuk, ia harus memakai Pertadex. Bahan bakar jenis solar dengan kadar sulfurnya rendah dan nilai cetan tinggi. Kendalanya, tidak banyak SPBU menyediakan Pertadex. Bahkan harganya lebih mahal dari Pertamax Plus.
Itu cerita dulu, sekarang apakah Toyota masih berminat masukkan double cabin? "Ada rencana, diperkirakan akhir tahun ini," bocor Johnny.